25 Juli 2008

Biografi Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya bin Muhammad An-Najmi (Mantan) Mufti Daerah Jizaan KSA-rahimahullah-

Telah datang pada kami khabar bahwa Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya bin
Muhammad An-Najmi salah seorang ulama ahlussunnah pengibar bendera
sunnah, telah wafat pada hari rabu sore, 23 Juli 2008. Semoga Alloh
Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya dan mengumpulkan dirinya kepada orang-
orang yang dikasihi Robb Jalla Wa'ala.

Diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi
Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah
tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat
pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya,
mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan
menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
~~~~~~~~~~~~~~~~~

Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya bin Muhammad An-Najmi Mufti Daerah Jizaan

Penulis: Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi bin Ali Al-Madkhali

Kedudukan ulama rabbani sangatlah tinggi dalam Dien yang mulia ini.
Allah Ta'ala telah mengangkat derajat mereka dan memuji mereka dalam
Tanzil-Nya. Demikian pula pujian datang lewat lisan Rasul-Nya dalam
mutiara-mutiara hikmah yang beliau tuturkan. Dan tidak ada yang tahu
kadar ulama dan memuliakannya sesuai dengan apa yang berhak mereka
dapatkan kecuali orang-orang yang mulia. Karena itu, sepantasnyalah
bagi orang yang ingin mendapatkan kemuliaan untuk mengagungkan mereka
lewat lisan dan tulisan, tidak melanggar kehormatan mereka dan tidak
merendahkan mereka.

Kedudukan ulama rabbani sangatlah tinggi dalam Dien yang mulia ini.
Allah Ta'ala telah mengangkat derajat mereka dan memuji mereka dalam
Tanzil-Nya. Demikian pula pujian datang lewat lisan Rasul-Nya dalam
mutiara-mutiara hikmah yang beliau tuturkan. Dan tidak ada yang tahu
kadar ulama dan memuliakannya sesuai dengan apa yang berhak mereka
dapatkan kecuali orang-orang yang mulia. Karena itu, sepantasnyalah
bagi orang yang ingin mendapatkan kemuliaan untuk mengagungkan mereka
lewat lisan dan tulisan, tidak melanggar kehormatan mereka dan tidak
merendahkan mereka. Telah datang ayat-ayat Qur`an, hadits-hadits
nabawiyah dan atsar-atsar pilihan yang berisi larangan dari perbuatan
tersebut. Satu dari ulama rabbani yang memiliki hak untuk kita
muliakan adalah As-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, seorang alim yang
sekarang menjadi mufti di daerah Jizaan. Salah seorang murid beliau,
As-Syaikh Muhammad bin Hadi bin Ali Al-Madkhali menuturkan secara
ringkas cerita hidup beliau sebagaimana dinukilkan dalam Ibrah kali
ini. Semoga semangat ilmiah dan amaliyah beliau dapat menjadi ibrah
bagi kita.

NAMA DAN NASAB BELIAU

Beliau adalah Asy-Syaikh Al-Fadlil Al-Allamah, Al-Muhaddits, Al-
Musnad, Al-Faqih, mufti daerah Jizaan, pembawa bendera sunnah dan
hadits di sana. As-Syaikh Ahmad bin Yahya bin Muhammad bin Syabir An-
Najmi dari keluarga Syabir dari Bani Hummad, salah satu kabilah yang
terkenal di daerah Jizaan.

Terlahir di Najamiyah pada tanggal 26 Syawwal 1346 hijriyah, beliau
tumbuh dalam asuhan dua orang tua yang shalih. Keduanya bahkan
bernadzar untuk Allah dalam urusan putranya ini, yaitu mereka berdua
tidak akan membebani Ahmad An-Najmi kecil dengan satu pun dari
pekerjaan dunia. Dan sungguh Allah telah merealisasikan apa yang
diinginkan pasangan hamba-Nya ini.

Ayah dan ibu yang shalih ini menjaga beliau dengan sebaik-baiknya,
sampai-sampai keduanya tidak meninggalkan beliau bermain bersama anak-
anak yang lain. Ketika mencapai usia tamyiz, ayah dan ibu yang mulia
ini memasukkan beliau ke tempat belajar yang ada di kampungnya. Di
sini beliau belajar membaca dan menulis. Demikian pula membaca Al-
Qur`an, beliau pelajari di sini sampai tiga kali sebelum kedatangan As-
Syaikh Abdullah Al-Qar'aawii rahimahullah pada tahun 1358 hijriyah.

Pertama kali beliau membaca Al-Qur`an di bawah bimbingan As-Syaikh
Abduh bin Muhammad Aqil An-Najmi tahun 1355 hijriyah. Kemudian beliau
membacanya di hadapan As-Syaikh Yahya Faqih Absi -seorang yang
berpemahaman Asy'ari- yang semula merupakan penduduk Yaman lalu datang
dan bermukim di Najamiyah. Tahun 1358, As-Syaikh Ahmad An-Najmi masih
belajar pada orang ini. Ketika datang As-Syaikh Abdullah Al-Qar'aawii
terjadi perdebatan antara keduanya (antara As-Syaikh Yahya Faqih Absi
dan As-Syaikh Al-Qar'aawii) dalam masalah istiwa. Dan Allah Ta'ala
berkehendak untuk memenangkan Al-Haq hingga As-Syaikh Yahya yang
Asy'ari ini kalah dan pada akhirnya meninggalkan Najamiyah.

SEKITAR KISAH BELIAU DALAM BELAJAR ILMU

Pada tahun 1359, setelah perginya guru beliau yang berpemahaman
Asy'ari, As-Syaikh Ahmad An-Najmi bersama kedua paman beliau, As-
Syaikh Hasan dan As-Syaikh Husein bin Muhammad An-Najmi sering
menjumpai As-Syaikh Abdullah Al-Qar'aawi di kota Shaamithah. Kemudian
pada tahun berikutnya beliau masuk ke Madrasah As-Salafiyah. Dan pada
kali ini beliau membaca Al-Qur`an dengan perintah As-Syaikh Abdullah
Al-Qar'aawii rahimahullah di hadapan As-Syaikh Utsman bin Utsman Hamli
rahimahullah. Beliau menghafal Tuhfatul Athfal, Hidayatul Mustafid,
Ats-Tsalatsatul Ushul, Al-Arba'in An-Nawawiyah dan Al-Hisab. Beliau
juga memantapkan pelajaran khath.

Di Madrasah As-Salafiyah, As-Syaikh Ahmad An-Najmi yang masih belia
ini duduk di majlis yang ditetapkan oleh As-Syaikh Al-Qar'aawii sampai
murid-murid kecil pulang ke rumah masing-masing setelah shalat dhuhur.
Namun As-Syaikh Ahmad An-Najmi tidak ikut pulang bersama mereka.
Beliau malah ikut masuk ke halaqah yang diperuntukkan bagi orang
dewasa / murid-murid senior yang diajari langsung oleh As-Syaikh Al-
Qar'aawii. Beliau duduk bersama mereka dari mulai selesai shalat
dhuhur sampai datang waktu Isya. Setelah itu baru beliau kembali
bersama kedua paman beliau ke kediamannya.

Hal demikian berlangsung sampai empat bulan hingga akhirnya As-Syaikh
Al-Qar'aawii mengijinkan beliau untuk bergabung dengan halaqah kibaar
ini. Di hadapan As-Syaikh Al-Qar'aawii beliau membaca kitab Ar-
Rahabiyah dalam ilmu Fara'id, Al-Aajurumiyah dalam ilmu Nahwu, Kitabut
Tauhid, Bulughul Maram, Al-Baiquniyah, Nukhbatul Fikr dan syarahnya
Nuzhatun Nadhar, Mukhtasharaat fis Sirah, Tashriful Ghazii,
Al-'Awaamil fin Nahwi Mi'ah, Al-Waraqaat dalam Ushul Fiqih, Al-Aqidah
Ath-Thahawiyah dengan syarah / penjelasan dari As-Syaikh Abdullah Al-
Qar'aawii sebelum mereka diajarkan Syarah Ibnu Abil 'Izzi terhadap
Aqidah Thahawiyah ini. Beliau juga mempelajari beberapa hal dari kitab
Al-Alfiyah karya Ibnu Malik, Ad-Durarul Bahiyah dengan syarahnya Ad-
Daraaril Mudliyah dalam fiqih karya Al-Imam Syaukani rahimahullah. Dan
masih banyak lagi kitab lainnya yang beliau pelajari, baik kitab
tersebut dipelajari secara kontinyu -sebagaimana kitab-kitab yang
disebutkan di atas- maupun kitab-kitab yang digunakan sebagai
perluasan wawasan dari beberapa risalah-risalah dan kitab-kitab kecil
dan kitab-kitab yang dijadikan rujukan ketika diadakan pembahasan
ilmiyah seperti Nailul Authar, Zaadul Ma'aad, Nurul Yaqin, Al-Muwatha'
dan kitab-kitab induk (Al-Ummahat).

Pada tahun 1362 hijriyah, As-Syaikh Abdullah Al-Qar'aawii mengajarkan
di halaqah kibar ini kitab-kitab induk yang ada di perpustakaan beliau
seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan Nasa'i
dan Muwaththa' Imam Malik. Mereka yang membacakan kitab-kitab tersebut
di hadapan beliau. Namun mereka tidak sampai menyelesaikan kitab-kitab
tersebut karena mereka harus berpisah satu dengan lainnya disebabkan
paceklik yang menimpa.

Dan dengan keutamaan dari Allah, pada tahun 1364 mereka dapat kembali
ke tempat belajar mereka dan melanjutkan apa yang semula mereka
tinggalkan. As-Syaikh Abdullah kemudian memberi izin kepada As-Syaikh
Ahmad An-Najmi untuk meriwayatkan kitab induk yang enam (Al-Ummahat As-
Sitt).

Waktu berjalan hingga sampai pada tahun 1369. Beliau berkesempatan
untuk belajar kitab Ishlahul Mujtama' dan kitab Al-Irsyad ila
Ma'rifatil Ahkam karya As-Syaikh Abdurrahman bin Sa'di rahimahullah
dalam masalah fiqih yang disusun dalam bentuk tanya jawab. Dua kitab
ini beliau pelajari dari As-Syaikh Ibrahim bin Muhammad Al-'Amuudi
rahimahullah seorang qadli daerah Shaamith pada waktu itu. Beliau
berkesempatan pula untuk belajar Nahwu pada As-Syaikh Ali bin Syaikh
Utsman Ziyaad Ash-Shomaalii dengan perintah As-Syaikh Abdullah Al-
Qar'aawii rahimahullah dengan membahas kitab Al-'Awwamil fin Nahwi
Mi'ah dan kitab-kitab lainnya.

Tahun 1384, beliau hadir dalam halaqah Syaikh Al-Imam Al-'Allamah
Mufti negeri Saudi Arabia As-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alus Syaikh
rahimahullah selama hampir dua bulan untuk mempelajari tafsir dalam
hal ini Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari dengan pembaca kitab Abdul Aziz
Asy-Syalhuub. Pada tahun yang sama beliau juga hadir dalam halaqah
Syaikh Al-Imam Al-'Allamah As-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah
selama kurang lebih satu setengah bulan guna mempelajari Shahih
Bukhari. Majelis yang terakhir ini diadakan antara waktu Maghrib dan
Isya'.

GURU-GURU BELIAU

Syaikh Ahmad An-Najmi memiliki beberapa orang guru sebagaimana bisa
dibaca pada keterangan di atas. Guru-guru beliau adalah:

1) As-Syaikh Ibrahim bin Muhammad Al-'Amuudi, seorang qadli di daerah
Shaamithah pada zamannya.
2) As-Syaikh Hafidh bin Ahmad Al-Hakami
3) As-Syaikh Al-Allamah Ad-Da'iyah Al-Mujaddid di daerah selatan
kerajaan Saudi Arabia Abdullah Al-Qar'aawii, beliau adalah guru yang
paling banyak memberikan faedah kepada As-Syaikh Ahmad An-Najmi.
4) As-Syaikh Abduh bin Muhammad Aqil An-Najmi
5) As-Syaikh Utsman bin Utsman Hamli
6) As-Syaikh Ali bin Syaikh Utsman Ziyaad Ash-Shomaali
7) As-Syaikh Al-Imam Al-Allamah Mufti negeri Saudi Arabia yang dahulu,
Muhammad bin Ibrahim Alus Syaikh.
8) As-Syaikh Yahya Faqih Absi Al-Yamani

MURID-MURID BELIAU

As-Syaikh Ahmad An-Najmi hafidhahullah memiliki murid yang sangat
banyak, seandainya ada yang mencoba menghitungnya niscaya ia
membutuhkan ribuan lembaran kertas. Namun di sini cukup disebutkan
tiga orang saja yang ketiganya masyhur dalam bidang keilmuan. Mereka
adalah:
1) As-Syaikh Al-Allamah Al-Muhaddits penolong Sunnah, As-Syaikh Rabi'
bin Hadi Al-Madkhali.
2) As-Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Zaid bin Muhammad Hadi Al-Madkhali.
3) As-Syaikh Al-Alim Al-Fadlil Ali bin Nashir Al-Faqiihi.

KECERDASAN BELIAU
Allah Ta'ala menganugerahkan kepada beliau kecerdasan yang tinggi
sekali. Berikut ini kisah yang menunjukkan kecerdasan dan kemampuan
menghafal beliau sejak kecil -semoga Allah menjaga beliau-:

Berkata As-Syaikh Umar bin Ahmad Jaradii Al-Madkhali -semoga Allah
memberi taufik kepada beliau-: "Tatkala As-Syaikh Ahmad An-Najmi hadir
bersama kedua pamannya Hasan dan Husein An-Najmi di Madrasah As-
Salafiyah di Shaamithah, tahun 1359 hijriyah, umur beliau saat itu 13
tahun namun beliau mampu mendengarkan dan memahami pelajaran-pelajaran
yang disampaikan oleh As-Syaikh Abdullah Al-Qar'aawii kepada murid-
murid seniornya. Dan beliau benar-benar menghafal pelajaran-pelajaran
tersebut."

Aku katakan (yakni As-Syaikh Muhammad bin Hadi bin Ali Al-Madkhali):
"Inilah yang menyebabkan As-Syaikh Abdullah Al-Qar'aawii
menggabungkannya pada halaqah kibaar yang beliau tangani sendiri
pengajarannya. Beliau melihat bagaimana kepandaiannya, kecepatan
hafalannya dan kecerdasannya."

KESIBUKAN BELIAU DALAM MENYEBARKAN ILMU

As-Syaikh Ahmad An-Najmi menyibukkan dirinya dengan mengajar di
madrasah-madrasah milik gurunya As-Syaikh Al-Qar'aawii rahimahullah
semata-mata karena mengaharapkan pahala. Pada tahun 1367 hijriyah
beliau mengajar di kampungnya An-Najamiyah. Lima tahun kemudian (tahun
1372) beliau pindah ke tempat yang bernama Abu Sabilah di Hurrats. Di
sana beliau menjadi imam dan guru. Pada tahun berikutnya ketika dibuka
Ma'had Ilmi di Shaamithah, beliau menjadi guru di sana sampai tahun
1384 hijriyah. Saat itu beliau memutuskan untuk safar ke Madinah guna
mengajar di Jami'ah Al-Islamiyah di sana, namun ternyata beliau
mendapat tugas yang lain sehingga beliau harus kembali ke daerah
Jaazaan. Di sini Allah menghendaki agar beliau menjadi seorang
penasehat dan pemberi bimbingan, dan beliau menjalankan tugas beliau
dengan sebaik-baiknya.

Tahun 1387, beliau mengajar di Ma'had Ilmi di kota Jazaan sesuai
dengan permintaan beliau. Pada awal pengajaran tahun 1389 beliau
kembali mengajar di Ma'had Shaamithah dan beliau tinggal di sana
sebagai guru hingga tahun 1410.

Sejak saat itu sampai ditulisnya biografi ini, beliau menyibukkan diri
dengan mengajar di rumahnya dan di masjid yang berdekatan dengan rumah
beliau serta di masjid-masjid lain dengan tetap menjalankan tugas
beliau sebagai mufti.

Beliau -hafidhahullah- dengan semua aktifitas ilmiahnya telah
menjalankan wasiat gurunya untuk terus mengajar dan menjaga /
memperhatikan para pelajar, khususnya pelajar asing dan mereka yang
terputus bekal / nafkahnya dalam penuntutan ilmu. Dan kita dapatkan
beliau -semoga Allah menjaganya- memiliki kesabaran yang menakjubkan.
Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan atas apa yang telah dia
berikan kepada kita.

Dengan wasiat As-Syaikh Al-Qar'aawii juga, beliau terus melakukan
pembahasan ilmiyah dan mengambil faedah, khususnya dalam ilmu hadits
dan fiqih serta ushul ilmu hadits dan ushul fiqih, hingga beliau
mencapai keutamaan dengannya melebihi teman-temannya. Semoga Allah
memberkahi umur beliau dan ilmu beliau, dan semoga Allah memberi
manfaat dengan kesungguhan beliau.

KARYA ILMIAH BELIAU

Beliau banyak memiliki karya-karya tulis ilmiah, sebagiannya sudah
dicetak dan sebagian lagi belum dicetak. Semoga Allah memudahkan
dicetaknya seluruh karya beliau agar kemanfaatannya tersampaikan pada
ummat. Di antara karya beliau:

1) Awdlahul Irsyad fir Rad 'ala Man Abaahal Mamnuu' minaz Ziyaarah
2) Ta'sisul Ahkam Syarah Umdatul Ahkam, telah dicetak dari karya ini
satu juz yang kecil / tipis sekali.
3) Tanzihusy Syari'ah 'an Ibaahatil Aghaanil Khali'ah.
4) Risalatul Irsyaad ila Bayanil Haq fi Hukmil Jihaad.
5) Risalah fi Hukmil Jahri bil Basmalah
6) Fathur Rabbil Waduud fil Fatawa war Ruduud.
7) Al-Mawridul 'Udzbuz Zalaal fiimaa Intaqada 'ala Ba'dlil Manaahijid
Da'wiyah minal 'Aqaaid wal A'maal.
Dan masih banyak lagi dari tulisan-tulisan beliau yang bermanfaat yang
beliau persembahkan untuk kaum muslimin, semoga Allah membalas beliau
dengan sebaik-baik pahala dan semoga Allah menjadikannya bermanfaat
bagi Islam dan muslimin.

Demikian akhir biografi beliau yang dapat kami haturkan pada para
pembaca, walhamdulillah ***

(Diterjemahkan secara ringkas oleh Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-
Atsari dari mukaddimah kitab Al-Mawridul 'Udzbuz Zalaal fiimaa
Intaqada 'ala Ba'dlil Manaahijid Da'wiyah minal 'Aqaaid wal A'maal,
hal 3-10).

Sumber:http://darussalaf.org/myprint.php?id=630